04/01/2012 - 05/01/2012 ~ Losnito NEWS | SMP-SMA LOKON

Dibuka Siswa Baru SMP-SMA Lokon 2023-2024

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMP-SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon TA. 2023-2024 TELAH DIBUKA

Graduation SMP Lokon 2022

Acara penamatan dimulai dengan Ekaristi Syukur di Gereja Lokon hanya beberapa meter dari Sporthall.

Graduation SMA Lokon 2022

Selasa pagi itu (10/5), acara penamatan (graduation) para siswa SMA Lokon Angkatan 18 meriah.

TIFF 2022 Marching Band Lokon Viral di Tiktok

Marching Band Lokon selalu tampil di setiap gelaran Tournament of Flowers (ToF) yang diselenggarkan oleh Pemkot Tomohon.

Walikota Tomohon Puji Alvin peraih Perak FLS2N

Dalam Instagram @officialcarollsenduk, Walikota Tomohon, Caroll Senduk memberikan pujian kepada Alvin Johny Dapa, Peraih Gitar Solo FLS2N

30 April 2012

X-pressi Party, Hanya Jawara di Mading dan Handmade



"Dress", itulah judul hadmade yang dibuat oleh Ni Made Wulandari dan Serlia Bawan, Kelax XI, SMA Lokon dalam ajang kompetisi X-presi Party 27-28 April 2012 di Manado Town Square (Mantos). Dewan Juri memberi penghargaan Juara I Handmade, bukan tanpa alasan.

Dua siswa Losnito ini merancang busana dengan menggunakan bahan dasar koran bekas. Memang, limbah sampah menjadi syarat utama dalam lomba ini. Pemanfaatan limbah sampah diusung untuk merangsang kreativitas siswa dalam menterjemahkan "go Green". Juri terpesona terhadap kerja detail dua siswa Lokon ini yang tingkat kesulitannya tinggi di bandingkan dengan "Payung" dari peserta lain.

Berikut hasil raihan SMA Lokon dalam ajang X-pressi Party 2012:
  1. 10 besar Lomba BAND, by Ninety Nine
  2. 10 besar Modeling Putra, by Reynaldi Rumetor
  3. Juara 1 Handmade, by Ni Made Wulandari, Serlia Bawan
  4. 5 besar Mading, by Lokon II team
  5. Juara 1 Mading by Lokon II
  6. 10 besar Speech Competition, by Eunike Karamoy


Ajang X-pressi Party ini tak hanya tingkat SMA tetapi juga SMP. Lomba-lomba lain yang belumberhasil diraih oleh SMA/SMP Lokokon adalah
  1. Jurnalistik SMP
  2. Mading SMP
  3. Karya Tulis
  4. Best Foto (Fotografi)
  5. Jurnalistik SMA
  6. Modeling Putri
 Semoga tahun depan bisa disiapkan lebih baik. Unyuk juara umum Xpressi 2012 ini diraih oleh Benzar, sama seperti tahun lalu.

Foto BW Pendidikan Nasional (Liputan Character Building)



Entah mengapa. Setiap kali teman-teman Kamprets berbicara tantangan foto BW (Hitam Putih), pikiran saya selalu tertuju pada pendidikan di Indonesia. Apakah karena menjelang peringatan Hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei nanti (dua hari lagi)? Atau karena perasaan saya saja yang ingin mengatakan bahwa bukan hanya foto yang BW tetapi dunia pendidikan kita pun juga ada BW-nya?

Yang jelas aroma Hardiknas sudah terasa di sekitar saya. Jumat dan Sabtu kemarin saya diminta untuk mengisi session “Character Building” bagi 112 siswa kelas X, Angkatan 10th, SMA Lokon berasrama. Dalam dua hari itu, saya disuruh untuk membentuk karakter para remaja itu dengan sebaik-baiknya. “Pokoknya terima beres”, kata salah satu guru BK sekolah itu.

Bukan tanpa alasan kalau sekolah menunjuk saya untuk “mengisi” kegiatan Character Building. Mulai dari angkatan 5 hingga angkatan 9, saya bersama tim selalu mendampingi dalam setiap kegiatan outbound dari pagi hingga sore. Seakarang mereka minta untuk dua hari. Siang, sore dan malam harus ada kegiatan yang berfokus pada pembentukan karakter.

Ketika sedang menjamu guru BK dan Wakasek Bidang Kesiswaan itu, tedengar dari kejauhan suara marching band yang sedang latihan. “Nah, suara marching band itu menjadi tanda bahwa Hardiknas makin dekat. Biasa, setiap Hardiknas ada pawai pendidikan. Siap-siap marching band, drum band, musik bambu, kolintang dan tarian tradisional dari setiap sekolah, ikut pawai” kata pak Tommy,  Wakasek Bidang Kesiswaan, saat ketemu dengan saya untuk acara Character Building.


Apakah kegiatan Character Building ini juga dalam rangka untuk memperingati Hardiknas? Yang jelas memang dari segi waktu berdekatan dengan Hardiknas, 2 Mei.  Setelah mereka pulang, lalu saya mulai berpikir tentang materi pembentukan karakter bagi 112 siswa sekolah berasrama itu.

Kemudian saya ingat ada seorang dosen filsafat yang mengatakan bahwa “Hidup yang berhasil itu berbeda dengan hidup yang bermakna. Lazimnya keberhasilan seorang diukur dari apa yang dicapai dan diperoleh. Sedangkan seseorang hidupnya bermakna terletak pada kemampuannya untuk memberi. Jadi, seorang guru yang sejati adalah seorang pribadi yang ingin memberikan dirinya agar hidup orang lain (siswa) menjadi bermakna”.

Tak jauh dari arti itu, pepatah dalam bahasa Latin menyebutnya, “Non scholae sed vitae discimus” (saya belajar bukan untuk sekolah tetapi untuk hidup). Karena itu, pemaknaan tentang pendidikan tak hanya untuk meraih prestasi setinggi mungkin di bidang akademis, (termasuk lulus UN 100%) tetapi aspek budi pekerti, etika moral, spiritual dan fisik termasuk dalam ranah intelgensia yang penting untuk pembentukan kepribadian siswa.



“Pendidikan memang harus diprioritaskan oleh negara. Saat ini yang dibutuhkan adalah revitalisasi persekolahan dan pendidikan secara umun untuk kembali pada tujuannya.  Karena itu, ada tiga syarat agar negara ini bisa maju. Yang pertama, pendidikan. Yang kedua, pendidikan dan yang  ketiga pendidikan.” kata Om Ronald, owner sekolah berasrama. “Mengapa pendidikan? Karena esensi dari pendidikan itu adalah pembentukan anak cucu bangsa yang utuh dan berkualitas serta takut akan Tuhan. Kalau pendidikannya saja tidak berkualitas, mana bisa membentuk manusia secara utuh dan berkualitas sebagai penerus bangsa ini?” lanjutnya dengan nada sedkit menggerutu terhadap sikon pendidikan di Indonesia dewasa ini.

Referensi itu, lalu saya jadikan bahan dasar untuk membuat materi pembentukan karakter selama dua hari itu. Hari pertama peserta yang terbagi dalam 10 kelompok, saya ajak untuk mengikuti Mahawu Jungle Trekking di hutan kaki Gunung Mahawu. Dalam trekking itu, setiap kelompok harus melalui 10 pos dan di setiap pos setiap kelompok mengerjakan tugas seperti asah otak, jembatan manusia, kapal pecah, estafet balon, menara air dll.

Dalam kegiatan itu, metode learning by doing atau sering disebut juga Experiential Learning kami pakai karena dengan cara itu, peserta bisa belajar banyak hal seperti leadership, kekompakan, team work, kecepatan memecahkan masalah, kepedulian, kebersamaan, motivasi, kreativitas, bela rasa dll. Sejauh pengamatan saya, saat mereka mendapatkan tugas di pos, setiap kelompok bisa menunjukkan sebagai team work dan leadership yang bagus.

Sebelum makan malam, diadakan pengayaan dan refleksi atas kegiatan trekking, di ruang meeting. Tema “Global Warming” dipilih terkait dengan kegiatan pengalaman perjalanan mereka di hutan. Kemudian benang berah trekking dan global warming diolah dan diekspresikan pada sebuah lukisan di atas karton Manila yang sesudah makan malam dipresentasikan. Monitoring pembentukan karakter dilakukan dengan cara menayangkan lewat proyektor foto-foto kegiatan mereka tadi.



Hari kedua , kegiatan berfokusn pada pembentukan karakter berbasis angkatan, bukan kelompok-kelompok lagi. Di Amphiteater terbuka, semua kegiatan seperti oposite, Pedang Samurai, Maju Mundur, Bangun bersama, Komunikasi, Folding Carpet, Labirin, dll dilaksanakan hingga sore hari.

Malam harinya kami adakan api unggun untuk menilai Yel-yel terbaik dan pementasan setiap kelompok. Hadiah bagi yang terbaik sudah kami siapkan dan kami beritahu sejak awal untuk memotivasi mereka bahwa fun games itu sebuah permainan namun tidak main-main.  Sebelum api unggun, dikumpulkan di ruang meeting untuk merefleksikan melalui foto-foto kegiatan pagi hingga sore hari. Sesudah itu, saya mengajak mereka untuk bergandengan sambil menyanyikan lagu-lagu kebersamaan.

Proses pembentukan karakter itu tidak semudah membalik tangan. Menjadi sebuah tantangan besar ketika saya mengetahui bahwa asal-usul siswa berasal dari Timika, Kaimana, Jayapura, Manado, Maluku, Makasar, Palu, Kotamobagu, Bitung, Sangir Talaud, Jawa, Kalimantan. Dalam pluralitas itulah pembentukan karakter harus dijalankan agar mereka paham bahwa untuk menjadi seorang pemimpin mereka harus bisa memimpin dirinya sendiri kendati keanekaragaman budaya, ekonomi,  bahasa, watak itu berbeda-beda.

Saya pun terpaksa dengan nada marah menggertak siswa-siswa yang berbicara sendiri ketika temannya sedang mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Masuk melalui telinga kiri keluar dari telinga kanan, dan tidak peduli serta kurang berpatisipasi terhadap setiap kegiatan, sudah saya pikirkan sejak awal seiring dengan perkembangan keremajaan mereka yang masih labil dan emosional.



Cerita pendidikan ini rasanya tak sesuai bagi mereka yang karena miskin lalu tidak bisa bersekolah. Miris memang jika mendengar bahwa sekolah itu mahal, sementara jumlah orang miskin makin bertambah seiring dengan minimnya lapangan pekerjaan.  Kendati ada istilah arisan pendidikan, namun toh bukan solusi instan. Lebih ironis, apabila diketahui, subsidi pendidikan yang seharusnya untuk memajukan pendidikan dan memberikan pendidikan gratis bagi yang tidak mampu, ujung-ujungnya dikorupsi. Hati siapa yang tak galau ketika tersiar kabar dana BOS dipakai untuk plesiran ke luar negeri oleh segelintir wakil rakyat? (trilokon)

15 April 2012

Menuju Prestasi Olah Raga ke Tingkat Propinsi


Tomohon, Manajer Pak Rommy Datu melaporkan bahwa hari ini (11/4) sudah berlangsung pertandingan di mana SMA Lokon menjadi tuan rumah. Pertandingan: Lari 100 meter, lompat jauh, bulutangkis, tenis meja, karate Setiap sekolah boleh mengirim tiga orang dan tiga pemenang akan mewakili kota Tomohon.

Hasil yang bisa dilaporkan:
1. Lari 100 meter putra: Lokon juara I dan II.
2. Lari 100 meter putri: Lokon juara 1 dan II.
3. Lompat jauh putra: Lokon juara I dan III.
4. Lompat jauh putri: Lokon juara 1
5. Bulutangkis putra: Lokon juara 1
6. Bulutangkis putri: Lokon kalah
7. Karate: tidak ada wakil Lokon. Tidak tahu karate.

Jadi, Lokon berhak mengutus 8 orang untuk menjadi wakil Tomohon dalam pertandingan di propinsi nanti.

11 April pukul 16:15 | Info dari Bp. Ferry Doringin, PhD, Kepsek SMA Lokon St. Nikolaus, Tomohon

14 April 2012

Our Contact

SMA-SMP Lokon St. Nikolaus Tomohon

Motto:
VERITAS-VIRTUS-FIDES

Alamat
Jl. Perlombaan No. 99
Kakaskasen II, Tomohon Utara
Kota Tomohon,
Sulawesi Utara 95416

Telpon
SMP :  0431.354578
SMA : 0431.3158695

Official Website
WWW.LOSNITO.COM
www.smalokon.sch.id
www.smplokon.sch.id

E-mail
contact@smplokon.sch.id

Facebook:
SMA Lokon St. Nikolaus
SMP Lokon St. Nikolaus

Twitter:
@smalokon 

Instagram:

05 April 2012

Menggapai Prestasi Di Clasroom E-Learning, Siswa Papua Itu Tampak Serius






Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan Enos dan Eneas, dua siswa asal Timika Papua, yang mendapat bea siswa pendidikan dari Freeport melalui LPMAK untuk belajar di Sekolah Boarding School Lokon, Tomohon. Sekarang dua siswa itu sudah duduk di kelas XII yang dua minggu lagi akan menghadapi Ujian Nasional bersama dengan 111 teman lainnya.

“Rencana mau kuliah ke mana setelah lulus nanti?” tanya saya pada Enos yang masih suka mengunyah buah pinang. “Ke Philipina, pak” jawabnya. Mendengar jawaban ini hati saya sedikit meradang senang. “Sudah daftar?” sambung saya. “Lho pak, LPMAK ada “chanel” dengan salah satu Universitas di Philipina sebagai mitra pendidikannya”.  Mendengar jawaban itu, dalam hati semoga asa Enos tercapai.

“Oh ya saya ada foto kalian berdua sedang mengerjakan soal-soal UAS dengan menggunakan laptop biru bersama teman-teman lain. Kok wajahmu tegang? Tegang apa serius? “ tanya saya lagi sedikit bercanda. “Ah, Bapak. Pokoknya beres. Saya jadi ingin beli laptop sendiri. Dua juta boleh dapat pak?” jawab Enos dan didukung Eneas  yang asyik mengunyah buah pinang .

Kemajuan teknologi informasi bagi anak-anak remaja memang sudah menjadi kebutuhan guna mempermudah metode belajarnya. Dalam obrolan itu saya juga bertanya apa suka dengan facebook dan twitter. Mereka menjawab suka sekali karena bisa berkomunikasi dengan teman-teman lainnya. Apalagi koneksi Wifi di sekolah dan asrama lancar meski dibatasi hingga jam 9 malam.


Di lain pihak, “Sekarang warnet di rumah saya, sebulan hanya mendapat pemasukan kurang dari 500 ribu. Dua tahun lalu saya bisa meraup keuntungan bersih lebih dari satu hingga dua juta. Ini akibat dari kemajuan teknologi. Di mana-mana orang bisa internetan pakai hape. Modem untuk koneksi internet selain murah juga mudah didapatkan. Ya sudah”, cerita salah satu teman komunitas fotografer yang punya usaha warnet di rumahnya.

Kemudahan demi kemudahan untuk “online” terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan kecanggihan perangkat pendukungnya. Tak heran kalau teman saya, Kepala Bagian Sarpras Sekolah, pernah bilang pada saya, “Tahun 2013 nanti, sekolah ini sudah menjadi “Cyber School” untuk mengembangkan kurikulum berbasis internet. Semoga saja 6 koneksi speedy yang tersambung ke sekolah tidak mengalami gangguan. Katanya, dengan kabel serat optik, kinerja koneksi internet bisa bertambah lancar” katanya penuh berharap sekaligus mengeluh jika koneksinya lemot.

Terkait dengan harapan-harapan itu, Agnito Moningka, guru ICT SMA Lokon dan senior trainer dari Intel Education, memberi keterangan pada foto yang diunggah di FB,  “Suasana Ujian Akhir Sekolah kelas XII. Bagi mereka yang membawa Laptop sendiri diadakan di kelas lain sedangkan yang tidak membawa Laptop sendiri melaksanakan UAS dengan mempergunakan CMPC dan dikombinasikan dengan LMS (moodle)”


Caption foto itu membuat saya penasaran apa yang dimaksudkan dengan CMPC dan LMS (moodle). Tak lama kemudian, Agnito menjelaskan bahwa CMPC singkatan dari Class Mate Personal Computer.  Tersedia 30 buah CMPC  berwarna biru dengan ukuran layar 9”, sumbangan dari Intel  Education Indonesia. Sedangkan LMS (Learning Management System) buatan Moodle adalah bagian lain dari Sistem pembelajaran berbasis web dengan mempergunakan software Moodle.

Tulisan ini dimuat di Kompasiana, silahkan klik di sini.
Berdasarkan keterangan itu, lalu saya mencoba mencari pejelasan lebih lanjut tentang LMC di Wikipedia. “Learning Management System (biasa disingkat LMS) adalah aplikasi perangkat lunak untuk dokumentasi, administrasi, pelacakan, pelaporan program pelatihan, kelas dan kegiatan ‘’online’’, program pembelajaran elektronik (e-learning program)”. Ditambhakan juga bahwa dimensi untuk belajar sistem manajemen meliputi ‘’Students self-service’’ (misalnya, registrasi mandiri yang dipimpin instruktur pelatihan), pelatihan alur kerja, penyediaan pembelajaran ‘’online’’ (misalnya, pelatihan berbasis komputer, membaca & memahami), penilaian ‘’online’’, manajemen pendidikan profesional berkelanjutan (CPE), pembelajaran kolaboratif (misalnya, berbagi aplikasi, diskusi), dan pelatihan manajemen sumber daya (misalnya, instruktur, fasilitas, peralatan).

Sedikit untuk melengkapi  bagaimana  alur e-learning itu beroperasi, silahkan lihat gambar di bawah ini.


Pecanangan e-learning atau di dunia pendidikan disebut Kurikulum Berbasis IT, sudah merambah ke sekolah-sekolah di Indonesia. Laporan Wikipedia menyebutkan,” Sekitar 34.628 sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia telah memiliki akses internet, tinggal mereka mau menerapkannya atau tidak.”

“Sekarang sudah dimulai dengan keterbatasannya. Yang paling sulit adalah mempersiapkan guru agar siap dan memahami pedagogi  dan metodologi mempergunakan IT dalam pembelajaran. Akan ada banyak perubahan aturan di sekolah dan asrama. Yang pasti tahun ajaran depan sudah full. Semua siswa baru SMP dan SMA akan mendapatkan CMPC. Satu siswa satu komputer.” tegas Agnito dalam pembicaraan online melalui komentar fotonya yang diunggah di facebook.

Tidak berhenti di situ saja. Saya pun lalu searching di Kompasiana dengan menggunakan kata kunci “e-learning”. Hasilnya memang luar biasa. Rupanya pembicaraan tentang  e-learning menuai pro dan kontra yang serius. Koneksi internet menjadi biang keladi dari kegagalan pengetrapan e-learning di sekolah-sekolah. Sehingga bisa dibayangkan wajah siswa papua tadi akan galau jika jawaban atas soal ujian UASnya yang dikerjakan dengan perangkat CMPC tak terkoneksi. Asa mereka untuk menguasai teknologi demi masa depannya  membangun tanah Papua bisa sirna jika koneksi internet mengalami gangguan.

Pendidikan itu memang mahal. Namun semahal-mahalnya pendidikan, kemajuan teknologi juga harus disikapi dengan bijaksana oleh semua pihak. Tenaga pendidik dan kependidikan perlu memompa diri agar bisa memanfaatkan kemajauan IT untuk mencerdaskan anak cucu bangsa ini melalui kurikulum berbasis IT atau e-learning. Sikap gaptek kiranya mulai dihilangkan demi memajukan kualitas pendidikan  di Indonesia.

Enos dan Eneas serta teman-temannya kini tidak lagi menjawab soal UAS dengan pensil atau alat tulis lain dan kertas. Hanya dengan mengetik jawaban di atas tombol-tombol  CMPC, jawaban Enos dkk sudah sampai di laptop guru. Tak hanya itu, penilaian benar dan salah pun langsung terdeteksi  sehingga tak berapa lama, nilainya sudah diketahui oleh siswa. Sayangnya belum semua guru bisa menyesuaikan sistem LMS  (e-learning) ini. Ini artinya bahwa Silabus dan RPP setiap guru, selayaknya berbenah diri menyesuaikan Kurikulum berbasis IT, agar tak ada siswa yang berani menyebut, “guruku gaptek”. .

Sumber tulisan dari WIkipedia, Intel Education, dan Agnito Moningka, guru IT SMA Lokon. senior trainer Intel Education.  Kontribusi foto dari Agnito Moningka dan koleksi pribadi.

Project Based Learning (PBL): Masalah Riil Diubah Jadi Produk Oleh Siswa


Sporthall, Suasana Penerimaan Rapor, 3 April 2012


Hari Selasa kemarin (3/4/2012), adalah hari penerimaan rapor mid-semester bagi siswa-siswi  sebuah SMA di kaki Gunung Lokon. Tidak seperti biasanya. Penerimaan rapor yang wajib diambil oleh orang tua atau wali, tidak lagi di kelas-kelas.  Semua kegiatan dipusatkan di Sporthall yang sehari-hari dipakai untuk olah raga Basket atau Badminton indoor.

Cuaca cerah. Sporthall hari itu dipenuhi lebih dari 500 orang, termasuk orang tua/wali siswa yang datang mengambil rapor sekaligus menjemput anak dari asrama untuk liburan Paskah selama 1 minggu. Bisa dibayangkan betapa gaduhnya suasana penerimaan rapor saat itu.

Siapapun yang memasuki sporthall pada hari itu, seperti saya, dibuat tercengang melihat gedung olah raga itu disulap menjadi ajang pameran dan performance art dari para siswa. Setiap kelas baik SMP maupun SMA mempunyai  booth atau ruang pamer yang sekaligus tempat pembagian rapor. Tak ketinggalan booth dari OSIS SMP dan SMA. Jadi dalam gedung itu,  berdiri 16 booth dan setiap booth memamerkan karya seni dan kreatifitas para siswa. Sungguh pemandangan yang luar biasa.

Menempati ruang tengah, telah disiapkan meja moderator dan kursi-kursi yang nantinya dipakai untuk mendengarkan ceramah dari  salah satu  anggota DPD RI asal Propinsi Sulut,  Bapak Ferry FX Tinggogoy yang diundang untuk memberikan “motivation training” bagi siswa, guna memicu semangat siswa untuk tekun dan disiplin dalam belajar demi masa depan . Inilah slah satu aplikasi dari kurikulum berbasis kehidupan yang menjadi ciri khas sekolah berasrama ini.

Bp. Tommy Moga, Menyerahkan Rapor Kepada Siswa Timika, Papua, LPMAK

“Penerimaan rapor kali ini merupakan hasil dari PBL dan Performance art” tulis Agnito, salah satu guru ICT dan senior training Intel Corp. yang menyebarkan foto-foto kegiatan di jejaring sosial. Membaca caption-nya, saya bertanya apa itu PBL? Lalu dijawab oleh Agnuto,  PBL singkatang dari Project Based Learning. Bukan Problem Based Learning (Belajar Berdasar Masalah). 

“Bedanya, kalau problem based terserah masalahnya bisa apa saja sedangkan Project Based masalah lebih ditekankan pada masalah riil yang dihadapi sehari-hari oleh peserta didik dan menghasilkan produk yang nantinya akan dipertunjukkan pada siapa saja tergantung stake-holder dalam proses KBM kita. Sama-sama Problem Solving, tapi ada riset terlebih dahulu” demikian kata Agnito yang mendampingi proses PBL siswa.

“Setelah ceramah Bapak Ferry FX Tinggogoy selesai, Kepala Sekolah bersama guru wali kelas mengumumkan siapa yang menjadi juara di kelasnya. Penghargaan diberikan kepada siswa yang meraih rangking juara 1, 2 dan 3 dalam bentuk piagam penghargaan. Di lain pihak, orang tua yang hadir mendapatkan informasi bahwa untuk meraih prestasi belajar siswa harus berkompetisi dengan siswa lain”, demikian sambutan salah seorang guru untuk mengantar acara penerimaan rapor.
Foto Bersama dengan Bp. Ferry  FX Tinggogoy, Anggota DPD RI, dari Sulut

Lalu apa hubungan antara PBL (Belajar Berdasar Proyek) dan semua kegiatan yang diselenggarakan di sporthall itu? Pertanyaan itu membuat saya gundah karena saya belum menemukan jawaban dari manfaatnya metode PBL itu. Apakah orang tua atau wali yang hadir saat itu menangkap pesan di balik keramaian sport hall? Entahlah.

Yang jelas, hasil karya seni kreatifitas siswa yang dipajang di masing-masing booth, ternyata dijual. Yang membeli, ya orang tua dan wali yang datang. Tak ada pembeli lain. Satu dua terlihat ada guru yang tertarik untuk membelinya. “Kami sedang cari duit untuk mendanai iven Lokon Cup yang akan melibatkan seluruh tim Basket se-Sulut bulan Juni yang akan datang. Berdasarkan pengalaman, subsidi tidak mencukupi. Karena itu, sejak awal kami bertekad mencari dana dengan berbagai macam cara sesuai dengan kemampuan kami. Kami sudah terbiasa menjual pisang goreng atau martabak kepada siswa. Kali ini kami ingin produk kreatifitas kami mampu menghasilkan uang. Keuntungan penjualan itu, untuk menambah pundi-pundi OSIS guna mensukseskan kegiatan akbar nanti.” kata salah satu pengurus OSIS.

Tiga Catatan Penting, Virtus, Veritas dan Fides

Kegiatan di sport hall itu baru gelaran pertama dari sebuah langkah awal yang memberi suasana gembira kepada orang tua setelah melihat produk-produk kreatif siswa yang dipamerkan. Mengelola masalah riil yang dihadapi siswa menjadi produk yang bernilai secara ekonomis, menjadi acuan dalam kegiatan itu. Semoga dengan metode PBL ini siswa, bukan menjadi konsumen yang konsumtif tetapi mampu menghasilkan dan menciptakan produk yang diminati pasar. 

Tulisan ini menjadi HL di Kompasiana, silahkan click di sini

04 April 2012

Losnito Juara Kolintang Tingkat Nasional, Festival Malesung 2012

Team Kolintang Losnito (Foto by Agnito Moningka)

Ekstra Kurikuler Kesenian, kini mulai membuahkan hasil dan meraih prestasi yang menggembirakan. Setelah kelompok Dance meraih tiga kali juara umum Dance Honda DBL Competition berturut-turut dari tahun 2010, 2011 dan 2012.

Baru-baru ini kelompok kolintang yang terbentuk belum lama (2011) langsung meraih prestasi sebagai juara Nasional kategori SMP-SMA dalam Festival Malesung yang diselenggarakan di Sport Mall Kelapa Gading Jakarta. Dinformasikan, Team Kolintang Losnito, menyisihkan 18 group kolintang dari penjuru Indonesia. Selain membawa pulang trophy, medali emas, uang pembinaan, team Kolintang juga pulang dengan bangga karena telah mengharumkan SMA Lokon ditingkat Nasional dalam bidang seni Kolintang.

Berikut liputannya yang diambil dari Tribun Manado, pada tanggal 28 Maret 2012.

SMA Lokon mengurkir prestasi membanggakan di tingkat nasional. Pada tahun 2012 ini, sekolah tersebut berhasil menjadi juara pertama kolintang kategori remaja (tingkat SMP-SMA) pada ajang Festival tahunan Malesung, di Kelapa Gading Sportmall, Jakarta, sejak 23 hingga 25 Maret lalu.

Selain membawa pulang piala juara pertama, tim juga meraih piala bergilir, dan menjadi pemenang Busana Terbaik. “Kami membawakan lagu wajib Mars Minahasa, lagu pilihan dari Papua ‘Yamko Rambe”, serta lagu instrumen dari Perancis ‘Fur Elise’, tim kami menjadi terbaik di antara 18 peserta kategori ini.

“Para juri, seperti James F. Sundah dan Bartje Van Houten dibuat kagum oleh permainan Tim Losnito (julukan tim ini), terutama pada lagu instrumen serius dengan kesulitan tingkat tinggi Fur Elise,” ujar Manajer Tim Tomy Moga, kepada Tribun Manado, Rabu (28/3/2012).

Tampil Pada Acara Penerimaa Rapor Mid-Semester, 3 April 2012 (Foto by Agnito Moningka)

Tim Losnito sendiri, diperkuat oleh Helen Clara Manua, Patrick Yonglie Warouw, Fransiska Yohana Ndityomas, Priscillia Yohana Masalle, Agata Helena Masalle, Agnes Felisia Rawung, Trifena Finny Yustong, Virgina Mariana Aray, Ester Adilis, Pratika Lawrence Sasube, dan Geovani M.D. Worabai.

Kepala SMA Lokon St  Nikolaus, Ferry Doringin, menyatakan bahwa kemenangan tim ini merupakan gambaran tentang kurikulum SMA Lokon yang berusaha mengembangkan multiple intelligence siswa. “Inilah gambaran siswa kami, bukan hanya berkembang otak kirinya, tetapi juga otak kanan mereka. Mereka hebat dalam sains tetapi juga dalam seni,” tukasnya.


Wendy Karwur, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Tomohon memberi apresiasi tinggi atas keberhasilan SMA Lokon Tomohon, yang mampu mengungguli sekolah  lainnya seperti dari Surabaya, Bandung, dan Jakarta.(war)

03 April 2012

Retreat Kelas XII SMA Lokon, Untuk Persiapan UN



Ujian Nasional Tingkat SMA, sudah ditetapkan mulai 16 hingga 19 Aril 2012. Untuk menghadapi UN 2012 itu, pihak sekolah sudah mengadakan try out beberapa kali. Bahkan para siswa kelas XII juga mengikuti try out yang diselenggarakan oleh Diknas Prov. Sulut. Bagaimana hasil try out itu? Belum ada penjelasan yang resmi. Namun tahun ini angkatan Infinity sebutan angkatan 7th SMA Lokon patut bersyukur karena telah disiapkan secara matang untung menghadapi UN kali ini.

Barangkali boleh dikatakan bahwa persiapan secara akademis sudah cukup bagi Infinity untuk menghadapi UN dua minggu lagi. Namun, pihak sekolah tak hanya berpikir soal persiapan mata pelajaran yang diujikan dalam UN nanti. Sekolah memfasilitasi siswa-siswi angkatan 7th ini dengan persiapan mental spiritual dalam menghadapi UN nanti.

Membuat keseimbangan IQ dan SQ, plus EQ pada para siswa sangatlah penting dan wajib agar aspek pembelajaran tak hanya kognitif saja melainkan pembentukan seimbang antara moral, emosional, fisik dan spiritual. Karena itulah, maka angkatan 7th mendapat kesempatan untuk retreat akhir tahun sekaligus membangun kapasitas pribadi agar siap secara rihani dan mental dalam UN nanti.


Sebanyak 113 siswa angkatan 7th mengadakan retreat di Alamanda Retreat yang dipimpin oleh Pastor Boni. Mereka mulai pada Kamis 29 hingga Sabtu 31 Maret 2012. Dalam retreat kali ini para siswa sangat terkesan pada acara pementasan drama atau ekspresi kelompok. Tema dan pesan yang disampaikan oleh para siswa sangat spontan dan tergantung dari hasil diskusi kelompok.

Namun ketika menyimak penampilan dari masing-masing kelompok, terlihat bahwa makna persahabatan yang mereka bangun sejak kelas X hingga tiga tahun selanjutnya, begitu bermakna. Makna yang didapat adalah bahwa mereka hidup bersama untuk membuat pondasi yang kuat dan bersahabat demi masa depan. Perpisahan yang sebentar lagi terjadi bukanlah memisahkan namun memperkuat satu sama lain karena dilandasi dengan indahnya persahabatan.



Para siswa ini didampingi oleh Bp. Chris Ngantung dan Ibu Lus, yang menjabat sebagai BP Sekolah dan Para pamong Asrama. Di acara penutupan Bp DR. Max Imbang menyampaikan arahan agar setelah retreat para siswa menjadi segar secara rohani dan makin melangkah ke depan dengan mantaps.

Hadir dalam acara penutupan, Bp. Ferry Doringin, PhD, Kepala Sekolah SMA Lokon dan pada kesempatan terpisah beliau menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pastor Boni yang sudah mendampingi para siswa Angkatan 7th dengan baik dan berjiwa muda.



Alumni SMA Lokon, Raih Putra Tomohon 2012

Putra-Putri Tomohn 2012 Berfoto Bersama Jimmy Eman, Plt. Walikota


Jumat, 30 Maret 2012, malam sekitar pukul 24.00 wita, di Audiotorium Bukit Inspirasi, juri Pemilihan Putra-putri Tomohon 2012 mengumumkan bahwa Christo Runtuwene, alumni SMA Lokon, angkatan 5 dinobatkan sebagai Putra Tomohon berpasangan dengan Nikita Lengkey, sebagai Putri Tomohon 2012.

Keberhasilan alumnu SMA Lokon ini bukatn tanpa perjuangan. Ia terpilih dari 39 finalis yang malam itu berjuang untuk menjadi yang terbaik. Dalam tahapan seleksi itu, awalnya dipilih lima besar PPT, kemudian tiga besar. Ketika lima besar sudah terpilih, juri bertanya kepada peserta yang mendapat undian juri siapakah yang akan bertanya.

Untuk tahap 3 besar yang bertanya Plt. Walikota Tomohon, Jimmy Eman, "Kalau anda nanti terpilih menjadi duta wisata Tomohon, apa yang anda lakukan?". Kemudian Christo menjawab dalam bahasa Inggris seperti ketika juri bertnya padanya di lima besar. Jawab Christo, Tomohon akan diperkenalkan ke semua orang baik secara nasional maupun internasional. Potensi wisata, budaya dan kuliner yang menjadi unggulan masyarakat harus diperkenalkan sehingga kedatangan wisatawan agar bisa menambah PAD Pemkot. Itulah juga mengapa menguaai bahasa Inggris sangat penting.



Kriteria 4 B, Beauty, Behavior, Brain dan Brave, dipakai untuk menilai setiap peserta. "Bukan hanya cantik atau tampan saja, melainkan peserta harus memiliki intelegensi, serta sikap, kepercayaan diri yang baik.", kata salah satu juri.


Akhirnya Christo Runtuwene dinobatkan menjadi Putra Tomohon yang berhak mewakili Tomohon diajang lebih tinggi seperti pemilihan Nyong dan Nona Sulut, Putera-puteri Indonesia. Yang jelas pada bulan Agustus mendatang Tomohon menyelenggarakan Tomohon International Flower Festival (TIFF) yang di dalamnya ada Tournament of Flower (TOF) dan salah satu agendanya adalah Pemilihan Putra-putri Bunga yang diikuti oleh semua peserta TOF balik luar maupun dari kota/kabupaten seluruh Indonesia.



Kalau Emor berpretasi di dunia sains fisika tingkat dunia, Christo berada dalam ranah pariwisata atau seni dan budaya. Keseimbangan otak kanan dan kiri juga menjadi perhatian dalam kurikulum di SMA Lokon. Bukitnya, SMA Lokon menjadi juara kolintang Nasional dalam Festival Malesung baru-baru ini di Jakarta.