Dahlan Iskan Akrab Dengan Siswa |
Tomohon, LOSNITO Campus -Siapa yang tidak kenal Dahlan Iskan? Pria kelahiran Magetan Jawa Timur 62 tahun ini namanya makin melejit seiring dengan keikutsertaannya dalam konvensi Capres Partai berlambang tiga berlian. Lembaga survei pun ikut andil memposisikan Dahlan Iskan di nomor atas elektabiltas Capres.
Di sekolah, Ronald, ketua umum YPL dan Kepala Sekolah
memberikan sambutan sebelum Pak Dahlan menyampaikan ceramah umum “Etos Kerja
Pendidikan dengan tema Kerja, Kerja dan Kerja".
Tiba saatnya, Pak Dahlan Iskan berdiri sambil memegang
mikropon untuk ceramah umum, yaitu memberikan kesaksian hidup tentang hidup
yang berhasil. Terlebih dahulu, memuji sekolah yang ramah lingkungan dan
sekolah berasrama yang siswanya berasal dari 16 propinsi di Indonesia.
Lalu, dengan suara tegas Dahlan Iskan bertanya kepada para
siswa, "Mengapa anda perlu bersekolah di sekolah yang mutunya bagus?"
Hadirin terdiam sejenak. "Yang angkat tangan akan mendapat bonus"
lanjutnya.
Dua orang siswa maju ke depan. Reynald Baggi siswa kelas XI IPA asal Kotamobagu, menjawab bahwa
saya ingin mendapatkan pendidikan yang bagus dan pengalaman-pengalaman lebih
dari pendidikan yang menjaga kualitas. Sedangkan siswi SMP, Natalia asal Bitung,
beralasan ingin menjadi orang yang berguna dan sukses di masa depan.
Lalu Pak Dahlan Iskan menanggapi jawaban dua siswa itu. “Sepuluh tahun lagi
Indonesia akan menjadi negara terbesar ke enam di dunia. Sepuluh tahun ke
depan, anda umurnya berapa?” Baggy menjawab, 27 tahun dan Natalia menjawab, 23 tahun. “Coba bayangkan dan rasakan pada usia 27 dan
23 itu, Indonesia adalah negara terbesar ke 6 di dunia” pinta Dahlan Iskan
kepada dua siswa itu.
“Pada usia 23 tahun, saya belum bisa beli sepatu baru. Usia
27 tahun, saya kawin dengan seorang guru SD berasal asal Samarinda. Istri saya,
kalau mengajar harus menempuh perjalanan dua hari dua malam menyusuri Sungai
Mahakam. Saat itu, kami kontrak rumah di pinggir sungai. Di dalam rumah, ada
lubang. Kalau pasang kami mandi tanpa menimba. Kalau surut, kami harus menimba
air. Itulah kondisi kami saat usia 27 tahun” cerita Dahlan Iskan ketika masih
tinggal di Samarinda.
Gaya Ceramah Dahlan Iskan Di hadapan Civitas Academica Losnito |
Jadi, alangkah sangat bedanya suasana saat saya dan anda
pada usia 27 tahun. Untung anda sekolah di sekolah yang baik. Mencari anak
pintar itu, mudah. Sekarang sekolah yang berkualitas juga banyak. Yang
dibutuhkan sekarang ini adalah anak yang pintar tapi berkarakter yaitu punya
kepribadian kuat dan cocok untuk hidup di negara yang nantinya sudah maju.
Pengalaman berasrama, mendapatkan Bapak/Ibu asuh, dengan disiplin dan tata
tertib yang memadai dalam belajar dan hidup bersama, sangatlah menguntungkan buat
anda khususnya ketika menghadapi Indonesia menjadi negara terbesar ke enam di
dunia.
Billy Wongkar, Ketua
OSIS,bertanya “ Apa bedanya sukses dari bawah dan sukses karena keluarganya
sudah sukses? Mendengar pertanyaan Billy, Pak Dahlan geleng-geleng kepala dan
tidak mengira mendapat pertanyaan sulit seperti ini dari seorang anak SMA.
Karena sulit, lalu pak Ronald diminta untuk menjawab. Pak
Ronald menjawab dengan cerita tentang nyamuk dan lalat di rumah orang kaya. Di
Kebayoran baru, selokan yang menjadi sumber nyamuk dan lalat sudah ditutup.
Tapi, tetap saja bau comberan itu tercium siapa saja. Bahkan, nyamuk menggigit
siapa saja tak peduli kaya miskin hingga sakit.
Makna cerita ini adalah satu kebersihan yang baik tidak
cukup dengan membersihkan rumah. Satu kebersihan rumah tidak cukup dengan
membersihkan badan. Jadi, pendidikan karakter mengajarkan agar setiap orang
yang berhasil atau sukses , harus punya peduli terhadap lingkungan yang bersih
dan dan peduli kepada orang miskin.
Sedangkan pak Dahlan bercerita tentang anaknya Azrul Ananda yang
sudah kerja keras hingga berhasil, tapi yang dapat nama bapaknya. Itulah resiko
anak yang bapaknya sukses. Tapi kalau anaknya tidak sukses yang susah bapaknya
karena anaknya yang menghancurkan bapaknya. Yang penting, orang harus bisa sukses baik dari atas, atau
dari bawah, kunci Pak Dahlan.
Selanjutnya Andre,
siswa kelas XI, asal Tomohon, bertanya, “Mengapa mata pelajaran di sekolah
banyak, padahal pelajaran itu nantinya tak semua ada gunanya bagi masa depan.
Hanya untuk mencari nilai saja supaya naik kelas atau lulus”.
“Sewaktu saya sekolah, jumlah mata pelajaran ada 27. Semua
dipelajari dan ada nilainya. Ini beda di
Amerika. Di sana, mata pelajarannya sedikit tapi mendalam. Untuk apa belajar
itu itu yang tak ada artinya bagi kehidupan" kenang Pak Dahlan saat
sekolah dulu.
"Kurikulum 2013 sudah menyederhanakan beban banyaknya
mata pelajaran. Dan kurikulum 2013 sudah merumuskan kegelisahan anak didik
tentang banyaknya mata pelajaran yang harus dipelajari. Sementara pendidikan
karakter terabaikan” ujar Pak Dahlan mengapresiasi Kurikulum 2013.
Marching Band: Antar Dahlan Iskan ke Sporthall |
“Sayang sekali, belum semua sekolah menjalankan kurikulum
2013. Yang saya tahu, guru-gurunya memang tidak siap dan disiapkan untuk itu. Para guru
sudah terbiasa menggunakan cara-cara pembelajaran seperti kurikulum dulu” keluh
Pak Dahlan. Tampak hadirin sejenak hening dan berharap apa solusi Pak Dahlan
soal banyaknya mata pelajaran.
"Menjadi guru sekarang
dan yang akan datang, akan lebih sulit karena guru wajib menjiwai dan tahu
secara persis kondisi kejiwaan setiap siswa. Guru tidak lagi menilai
perkembangan belajar siswa dengan angka-angka seperti yang ada di rapot. Tetapi
guru akan memberikan nilai dengan kalimat yang menjelaskan sejauh mana anak
didik sudah menguasai pelajaran" tegas pak Dahlan.
“Ingat anda harus
bersekolah untuk pintar tapi memiliki karakter yang kuat. Dan jangan lupa
sepuluh tahun mendatang anda menghadapi Indonesia menjadi negara maju ke 6 di
dunia” nasehat Dahlan Iskan sebelum mengakhiri ceramahnya tentang Etos
Pendidikan di jaman ini.
0 comments:
Posting Komentar