Kombes Pol Drs. Sumirat D, M.Si, No Narkoba, Pendidikan Yes |
“Sekarang ini BNN telah mengidentifikasi 41 Narkotika jenis
baru atau New Psychoactive Substances
(NPS) yang beredar di Indonesia. Tiga jenis baru yang terakhir ditemukan adalah
AB-PINACA, THJ-2201 dan THJ-018.
Ketiga jenis narkotika baru itu berasal dari tembakau yang telah dicampur
dengan narkoba sintetis. Jika dikonsumsi akan menimbulkan efek halusinasi, efek
cannabinoid dan toxic” tegas Kombes Sumirat di hadapan para siswa.
Untuk lebih jelasnya, para siswa diajak menonton video
tentang bagaimana reaksi tikus-ikus putih apabila diberi narkoba. Dalam video
singkat itu, tikus-tikus itu yang biasanya menghafal jalan pulangnya, ternyata
hanya berputar-putar tak tidak tahu arah pulang. Bahkan tikus itu menjadi
binatang yang suka berkelahi dengan tikus lainnya. Anaknya pun tidak
dikenalinya lagi, justru dimangsa. Tingkah lakunya pun tidak waras dengan
posisi jungkir balik tidak karuan.
“Nah, itu narkoba yang diujicobakan pada seekor tikus. Bisa
dibayangkan bagaimana dengan manusia. Pasti akan terjadi disorientasi pada pikiran akibat otaknya rusak. Caba lihat gambar
ini, tulang-tulang pada jarinya rusak, pita tenggorokannya juga rusak. Ini
akibat dari Narkoba. Parah bukan?” lanjut Pak Sumirat dengan tegasnya di
hadapan para siswa.
Berdasarkan survey dari LIT BNN dan PUSLITKES-UI pada
tahun2014, ditengarai jumlah penyalahguna Narkoba di Indonesia berjumlah 5,1
juta atau 2,8% jumlah penduduk Indonesia. Dari jumlah itu, 39% adalah pengguna
narkoba yang coba pakai dan terima pakai (37%). Dari data tersebut,
di Sulut berada di rangking 5 dengan jumlah pemakai 42.867 orang.
“Hati-hati kalau kalian diberi cookies, coklat atau dodol. Karena bentuk ganja yang siap edar
sekarang seperti makanan ringan, selain daun ganja, ganja kering berbungkus
kertas dan linting rokok ganja. Barusan tadi saya ambil botol air mineral di
meja. Kalau rasa airnya tidak tawar, jangan diminum. Bisa jadi sudah dicampur
dengan narkoba sehingga rasa airnya pahit, asam, manis atau rasa lain yang
bukan tawar. Sudah ada kasus narkoba dengan modus
operandi menggunakan botol air mineral sehingga bagi yang minum langsung
pusing dan fly” lanjut Kepala BNNP
Sulut dengan suaranya yang memikat.
Ketika acara tanya jawab tiba, banyak murid yang bertanya.
Pertanyaan yang disampaikan sebagaian besar mengulang apa yang dikatakan oleh
narasumber sehingga perlu peneguhan dan contoh-contoh konkrit. Ada salah satu
siswa yang bertanya tentang kebiasaan merokok dan minuman keras.
“Merokok dan minum
alkohol adalah pintu gerbang penyalahgunaan narkoba. Karena itu, kalian semua
jangan merokok dan minum minuman beralkohol. Selain merokok berakibat rusaknya
paru-paru, kebiasaan itu bisa mendorong orang untuk menjadi pengguna narkoba.
Lebih baik kalian menjaga agar otak kalian bersih dan tidak rusak akibat
narkoba dan memikirkan masa depan dengan baik” jawab Pak Sumirat atas
pertanyaan para siswa.
Penempelan sticker “Stop Narkoba” di kaca TU yang letaknya
di dekat pintu gerbang sekolah bersama Kepala Sekolah SMP Lokon, Marthin
Senduk, SS, M.Si menjadi penutup acara sosialisasi Narkoba di hadapan para
siswa SMP Lokon.
“Peredaran narkoba itu seperti penjahat yang tidak tampak.
Siluman yang membunuh generasi muda dengan lihainya” lanjut Pak Sumirat pada
saat makan siang bersama.
Terkait dengan rencana peningkatan status BNN setara dengan
Kementerian, beliau hanya menjawab singkat bahwa wacana itu sudah lama
diusulkan, namun waktu itu Bapak Jendral Gories Mere tidak sependapat karena
akan berakibat pada tambahnya personil dan negara harus siap dengan menanggung
biaya yang tinggi.
Kalau Presiden Jokowi meminta pemberantasan narkoba
dilakukan lebih dahsyat lagi, berarti masalah teritorial, biaya dan personil
sudah terpikirkan secara sistematis dan bijak. Jika demikian, apa salahnya
meningkatkan status BNN setara Kementerian.
Narkoba No, Pendidikan Yes!
0 comments:
Posting Komentar