No Narkoba, Pendidikan Yes! BNN di SMP Lokon ~ Losnito NEWS | SMP-SMA LOKON

19 Maret 2016

No Narkoba, Pendidikan Yes! BNN di SMP Lokon

Kombes Pol Drs. Sumirat D, M.Si, No Narkoba, Pendidikan Yes
Tomohon, LOSNITO - “Apapun makanan dan minumannya, kalau asupan itu tidak ada fungsi atau gunanya bagi tubuh kita, sebaiknya jangan dikonsumsi”, simpul Kombes Pol. Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si, Kepala BNNP Sulawesi Utara, mengakhiri ceramahnya di depan para siswa kelas 7 dan kelas 8 SMP Lokon, Jumat siang (18/3/2016).

“Sekarang ini BNN telah mengidentifikasi 41 Narkotika jenis baru atau New Psychoactive Substances (NPS) yang beredar di Indonesia. Tiga jenis baru yang terakhir ditemukan adalah AB-PINACA, THJ-2201 dan THJ-018. Ketiga jenis narkotika baru itu berasal dari tembakau yang telah dicampur dengan narkoba sintetis. Jika dikonsumsi akan menimbulkan efek halusinasi, efek cannabinoid dan toxic” tegas Kombes Sumirat di hadapan para siswa.


Untuk lebih jelasnya, para siswa diajak menonton video tentang bagaimana reaksi tikus-ikus putih apabila diberi narkoba. Dalam video singkat itu, tikus-tikus itu yang biasanya menghafal jalan pulangnya, ternyata hanya berputar-putar tak tidak tahu arah pulang. Bahkan tikus itu menjadi binatang yang suka berkelahi dengan tikus lainnya. Anaknya pun tidak dikenalinya lagi, justru dimangsa. Tingkah lakunya pun tidak waras dengan posisi jungkir balik tidak karuan.


“Nah, itu narkoba yang diujicobakan pada seekor tikus. Bisa dibayangkan bagaimana dengan manusia. Pasti akan terjadi disorientasi pada pikiran akibat otaknya rusak. Caba lihat gambar ini, tulang-tulang pada jarinya rusak, pita tenggorokannya juga rusak. Ini akibat dari Narkoba. Parah bukan?” lanjut Pak Sumirat dengan tegasnya di hadapan para siswa.

Berdasarkan survey dari LIT BNN dan PUSLITKES-UI pada tahun2014, ditengarai jumlah penyalahguna Narkoba di Indonesia berjumlah 5,1 juta atau 2,8% jumlah penduduk Indonesia. Dari jumlah itu, 39% adalah pengguna narkoba yang coba pakai dan terima pakai (37%). Dari data tersebut, di Sulut berada di rangking 5 dengan jumlah pemakai 42.867 orang.





“Hati-hati kalau kalian diberi cookies, coklat atau dodol. Karena bentuk ganja yang siap edar sekarang seperti makanan ringan, selain daun ganja, ganja kering berbungkus kertas dan linting rokok ganja. Barusan tadi saya ambil botol air mineral di meja. Kalau rasa airnya tidak tawar, jangan diminum. Bisa jadi sudah dicampur dengan narkoba sehingga rasa airnya pahit, asam, manis atau rasa lain yang bukan tawar. Sudah ada kasus narkoba dengan modus operandi menggunakan botol air mineral sehingga bagi yang minum langsung pusing dan fly” lanjut Kepala BNNP Sulut dengan suaranya yang memikat.

Ketika acara tanya jawab tiba, banyak murid yang bertanya. Pertanyaan yang disampaikan sebagaian besar mengulang apa yang dikatakan oleh narasumber sehingga perlu peneguhan dan contoh-contoh konkrit. Ada salah satu siswa yang bertanya tentang kebiasaan merokok dan minuman keras.

“Merokok dan  minum alkohol adalah pintu gerbang penyalahgunaan narkoba. Karena itu, kalian semua jangan merokok dan minum minuman beralkohol. Selain merokok berakibat rusaknya paru-paru, kebiasaan itu bisa mendorong orang untuk menjadi pengguna narkoba. Lebih baik kalian menjaga agar otak kalian bersih dan tidak rusak akibat narkoba dan memikirkan masa depan dengan baik” jawab Pak Sumirat atas pertanyaan para siswa.

Penempelan sticker “Stop Narkoba” di kaca TU yang letaknya di dekat pintu gerbang sekolah bersama Kepala Sekolah SMP Lokon, Marthin Senduk, SS, M.Si menjadi penutup acara sosialisasi Narkoba di hadapan para siswa SMP Lokon.



“Peredaran narkoba itu seperti penjahat yang tidak tampak. Siluman yang membunuh generasi muda dengan lihainya” lanjut Pak Sumirat pada saat makan siang bersama.
Terkait dengan rencana peningkatan status BNN setara dengan Kementerian, beliau hanya menjawab singkat bahwa wacana itu sudah lama diusulkan, namun waktu itu Bapak Jendral Gories Mere tidak sependapat karena akan berakibat pada tambahnya personil dan negara harus siap dengan menanggung biaya yang tinggi.

Kalau Presiden Jokowi meminta pemberantasan narkoba dilakukan lebih dahsyat lagi, berarti masalah teritorial, biaya dan personil sudah terpikirkan secara sistematis dan bijak. Jika demikian, apa salahnya meningkatkan status BNN setara Kementerian.
Narkoba No, Pendidikan Yes!

0 comments: