Semiloka Internasional: "INTERNASIONALISASI PENDIDIKAN DAN PROSPEKNYA DI INDONESIA" ~ Losnito NEWS | SMP-SMA LOKON

30 September 2010

Semiloka Internasional: "INTERNASIONALISASI PENDIDIKAN DAN PROSPEKNYA DI INDONESIA"

Sekolah-sekolah yang berlabel RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) saat ini sedang menaruh nasibnya pada pemerintah apakah akan diresmikan menjadi SBI (sekolah bertaraf internasional) atau tereliminir dari SBI. Betapa tidak. Seakan berlomba, 1.110 sekolah RSBI SD, SMP. SMA dan SMK di Indonesia memacu diri untuk memenuhi standard SBI yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Bantuan dana milyaran rupiah demi peningkatan kualitas pendidikan itu telah digelontorkan oleh pemerintah melalui Diknas, Pemda, Pemkot dan block grant. Maka tidak heran kalau setiap sekolah RSBI memoles diri dan berbenah untuk memenuhi Kriteria SBI: SNP, Guru, Kepala Sekolah, Sarpras, Kurikulum, Pembelajaran, Manajemen (berbasis TIK dan ISO), Evaluasi (daya saing Internasional), Lulusan, Kultur Sekolah, Pembiayaan.

Yang menarik diperbincangkan adalah kecenderungan sekolah untuk membeli lisensi internasional dari pemasok sistem pendidikan luar negeri. Lisensi ini dibeli dan diadopsi ke sistem pendidikan agar siswa mendapatkan kemudahan untuk melanjutkan studinya di luar negeri. Yang paling banyak dipakai di sekolah-sekolah RSBI adalah IB, Cambridge dan Australian Curriculum. Akibat dari pembelian lisensi ini, sekolah harus siap dengan sarpras, biaya operasioanal dan sdm (tenaga pendidik dan kependidikan). Bahasa yang dipopulerkan tentang sistem pendidikan RSBI adalah SPN + X. Maksudnya adalah menggunakan Standard Pendidikan Nasional plus X (adopsi dan memakai lisensi kurikulum luar negeri).


Semiloka Internasional yang berlangsung di Kampus UKSW Saltiga, 29-30 September 2010 bertujuan untuk memberikan gambaran sistem pendidikan di Australia (satu negara OECD) dan memahami konsep tentang SBI dan aplikasinya serta mencari solusi atas kendala-kendala pelaksanaan SBI di daerah. Di samping itu, peserta dibuka paradigmanya tentang pendidikan dari para pakar pendidikan.

Peserta Seminar berjumlah 125 yang kebanyakan berasal dari Sekolah-sekolah RSBI di daerah Jawa Tengah seperti Temanggung, Kudus, Magelang, Salatiga dan dari Sulawesi berasal dari Makasar, Tomohon, Papua Barat (Sorong, Manokwari).

Hari Pertama (29 Sept) peserta diajak untuk mengikuti Seminar:
  1. Sistem Pendidikan di Australia dan Internasionalisasi Pendidikan di Indonesia oleh Prof. Mervyn Hyde, PhD & DR (HC) Willi Toisuta, PhD
  2. Pengalaman dan Tantangan Penerapan Kebijakan SBI di Indonesia dan SBI di Indonesia Aplikasi dan Kendalannya oleh Prof. Dr. Slameto, PGSD FKIP UKSW Salatiga.
  3. Model Peningkatan Kapasitas Guru di Indonesia dan Australia, oleh Suzanne Burford dan Ir. Eka Simanjutak, MM
Hari Kedua (30 Sept), peserta diajak untuk kunjungan ke sekolah SBI
  1. Kunjungan ke SMAN 1 Salatiga
  2. Presentasi dari Kepala Sekolah Mountainview ICS Salatiga dan Kepala Sekolah SMAN 1 Salatiga tentang pengalaman dan tanatangan Penerapan Kebijakan SBI
Selama seminar berlangsung, peserta dibagi menjadi 4 kelompok untuk memperhatikan dan memperdalam tentang penerapan kebijakan SBI. Beberapa hal yang terus menjadi perbincangan adalah:
  • Sumber Daya Manusia: kendala yang dihadapi kapasitas guru untuk berbicara dalam bilingual, memenuhi standard 30 % guru yang S2, applicable in ISO
  • Kurikulum: lisensi sistem pendidikan luar negeri yang mahal, ISO selain mahal juga mendapat tantangan budaya kualitas sdm, tidak mudahnya mendapatkan sister school,
  • Pembiayaan: sumber dana mulai terbatas dan dibatasi
  • Sarana Prasarana: menciptakan sekolah yang green dan clean school
Meski menghadapi tantangan-tantangan itu, banyak peserta menyadari bahwa meningkatkan kualitas pendidikan  di Indonesia harus dimulai dari sekarang. Apapun tantangan, hambatan dan kendala dalam mewujudkan sekolah menjadi SBI, tetap harus memiliki keyakinan dan semangat bahwa kelak di kemudian hari siswa-siswa kita akan semakin maju dan tidak kalah pandainya dengan sekolah-sekolah Internasioal di luar negeri.

Beberapa Catatan
  1. Antusiasme dari para utusan sekolah-sekolah dalam upaya untuk "Internasionalisasi Pendidikan" di sekolahnya, tampak bersemangat meski menghadapi tantangan manajemen, sarpras dan beaya yang besar.
  2. Sister school atau membangun kemitraan dengan Sekolah di Luar Negeri, sangat diperlukan dalam upaya menjaga bobot "internasional" sekolah. UJntuk itu, sekolah dianjurkan proaktif menjalin komunikasi dan koordinasi dengan sekolah-sekolah luar negeri supaya bisa dijadikan sister school.
  3. Double Sertifikat/Degree (Standard Pendidikan Nasional dan Standard Luar Negeri) menjadi "ciri khas" bahwa sekolah di Indonesia memang berstandard Internasional.
  4. Pengembangan profesional bagi guru-guru SBI bisa kerjasama dengan University of the Sunshine Coast, Queensland, Australia. Hal ini sudah dilakukan oleh Pemerintah Papua Barat dengan mengirim guru-guru sekolah negeri ke program ini selama 8-13 minggu.


0 comments: