“Banyak hal yang membuat kami bangga dan bahagia bisa
bersekolah di sini. Dua teman angkatan kami menyabet medali perunggu OSN 2012 untuk
pelajaran Kimia dan Astronomi. Bangga bisa ada yang berprestasi di bidang
akademis, tetapi hal yang lebih bahagia bagi kami adalah pengalaman kehidupan serta
pendidikan selama tiga tahun di sekolah dan asrama” ujar Agnes Palit, mantan
Ketua Osis 2012/2013, dalam kata sambutannya mewakili teman-teman anggkatan
Grande 9th pada acara Graduation Day di Sporthall, SMA Lokon, Selasa
21 Mei 2013.
Lebih lanjut, “Siapa yang pernah makan menggunakan tangan?
Perhatikan ketika jari jemari kita mengambil makan untuk dimasukkan dalam
mulut. Ke lima jari kita selain kompak juga posisinya sama tinggi dan saling
berdekatan untuk satu tujuan yaitu mengambil makan untuk disantap sebagai
sumber energi dan kekuatan hidup. Saat itulah saya melihat meski kita berasal
dari berbagai macam suku, agama dan ras serta ditempatkan di ruang kelas yang
berbeda, namun kami merasakan hal yang sama dan saling mlengkapi untuk berkembang
dan belajar. Di situlah banyak suka dan duka hidup bersama kami alami. Dan
inilah pengalaman berharga yang boleh kami timba sebagai remaja”. Demikian Agnes
Palit dalam sambutannya di hadapan para hadirin yang terdiri dari pimpinan
Sekolah, Yayasan, Para Guru, Orang tua siswa dan teman-temannya kelas X, kelas XI.
Gelar Graduation Day 2013 kali ini menamatkan 127 siswa dan
sekaligus menjadi ajang pemaknaan atas proses pendidikan yang sudah berlangsung
dalam “boarding school” selama tiga tahun.
“Siswa-siswi SMA Lokon ini berasal dari berbagai daerah di
Indonesia. Dalam Olimpiade Sain, siswa-siswi Lokon sering mewakili Tomohon ke
tingkat Propinsi hingga tingkat Nasional, bahkan ke Internasional.
Keikutsertaan para siswa ini tentunya harumkan kota Tomohon. Sebagai contoh, dua
dari empat siswa SMP yang kemarin saya dampingi ke OSN di Batam, berasal dari
Tomohon dan salah satunya dari SMP Lokon.” kata Ibu Dolvien Karwur, Kepala Diknas
Kota Tomohon dalam sambutannya mewakili Walikota Tomohon.
Metode pendidikan berkarakter memang menjadi kelebihan di
sekolah berasrama. “Siswa tak hanya belajar dan membuat PR tetapi dalam interaksi
individu dalam kebersamaan di asrama, mereka ditempa dalam pembentuka karakter
melalui jadwal harian dan dalam didampingi pembina asrama hingga tamat SMA. Ini
yang membuat sisiwa makin dewasa dan mandiri” ungkap Star Wowor, Kepala Diknas
Propinsi Sulut yang baru tiba dari Miangas, tapal batas Indonesia Philipina,
untuk menemani Mepora Roy Suryo dalam rangka “Merajut Kebangsaan” pada peringatan
ke 105 Hari Kebangkitan Nasional 2013, 20 Mei yang lalu.
Puncak Graduation Day siang itu adalah penerimaan sertifikat
tamat belajar dari Kepala Sekolah SMA Lokon, Ferry Doringin, PhD dan sebuah
Buku Motivasi dari Bp. Ronald Korompis, Ketua Umum Yayasan Pendidikan Lokonkepada
127 siswa kelas XII. Meski hasil Ujian Nasional baru akan diumumkan besok Jumat
(24/5), namun sudah menjadi tradisi sekolah selama ini, Graduation Day
diselenggarakan sebelum itu.
“Dulu ketika masih kecil, kalau anak sakit pasti mengeluhnya
kepada Tuhan yang diwakilkan oleh ke dua orang tuanya. Setelah beranjak remaja,
dan ketika mengalami putus cinta, anak tak lagi lari ke Tuhan tetapi anak
remaja larinya ke miras, narkoba, ekstasi atau tawuran. Gejala seperti ini
mulai terdengar di mana-mana. Artinya apa? Ilmu pengetahuan bertambah seiring
dengan pertambahan usianya tetapi ilmu dasarnya justru semakin berkurang.
Contohnya korupsi. Tak sedikit koruptor itu adalah orang dewasa, bergelar
Doktor, orang panda. Jadi, maunya bekerja sedikit dan tidak sepenuh hati,
tetapi minta hasil yang banyak dan mengambil yang bukan menjadi haknya” kata
Pak Ronald Korompis, Ketua Yayasan sekaligus Owner Kampus Losnito dalam kata
sambutannya di hadapan para hadirin.
Kurikulum berbasis kehidupan menjadi ciri khas dan keunikan
dalam penyelenggaraan sekolah di bawah YPL. Kekhasannya adalah pengembangang
pendidikan berbasis asrama di mana keberhasilan hidup orang bukan semata-mata karena
prestasi akademiknya melainkan pendidikan yang menggabungkan life skill,
termasuk etika moral dengan intelektualnya. Keberhasilan manusia tidak
tergantung tingginya IQ tetapi kerajinan dan ketekunan itulah yang akan
menentukan keberhasilan hidupanya. Rajin, tekunnya siswa bisa dilihat dalam
kehidupan di asrama.
Dalam ranah itulah, Graduatian Day diadakan agar semua pihak
memahami mengapa Kurikulum Berbasis Kehidupan diimplementasikan di borading
school Lokon sejak berdiri tahun 2002 dan sekarang masuk ke angkatan ke XI.
Siswa-siswa yang lolos mewakili Tomohon dalam Olimpiade Seni
Tingkat Propinsi, ikut menampilkan kebolehannya dengan menari dan membaca
puisi. Pertunjukkan seni itu juga aplikasi dari bagaimana sekolah memperhatikan
keseimbangan otak kanan dan otak kiri, yaitu antara seni dan ilmu dalam
pertumbuhan dan perkembangan diri manusia.
Tulisan ini dposting juga di Kompasiana DI SINI.
0 comments:
Posting Komentar