LOSNITO - Siang itu, langit di sekitar Gunung Lokon cerah dan terasa menghangat di badan. Sesudah makan siang, tiga bus biru meluncur ke Kalasey, Manado. Dua bus membawa para siswa SMA Lokon dan satu bus membawa khusus untuk siswa SMP.
Masih menggunakan seragam OSIS, para siswa menuju ke
Manado untuk mengikuti pertemuan dengan Badan Pengurus LPMAK yang datang untuk
mengadakan monitoring dan evaluasi terhadap para penerima beasiswa LPMAK.
Dari jumlah itu, pengiriman siswa SMP baru pertama kali terjadi pada
tahun ini. Ke depan program siswa SMP ini akan terus berlanjut hingga suatu saat
tidak perlu lagi mengirim siswa tingkat SMA lagi dengan alasan sudah ada siswa
yang lulus dari SMP.
Badan Pengurus LPMAK yaang hadir dalam pertemuan itu adalah
Bp. Yohanes, Bp. Ferry Robot, Bp. Emanuel Kemong, Bp. Titus Kemong, Bp. Abraham Timang Dan Bp.
Lesubun, Sekretaris Bapeda Serta MC Fabian Magal.
Bapak Lesuhun (52 th), menyelesaikan SMP di Kokonao, lalu
sekolah SPG di Jayapura, dengan bea siswa Keuskupan melanjutkan diploma musik
di Yogyakarta. Setelah lulus diploma, lalu tugas di Wamena untuk mendampingi
masyarakat dan menjadi guru. Sambil mengajar, beliau menjadi mahasiswa Universitas
Terbuka hingga 1996 di wisuda di Jakarta. Setelah wisiuda lalu menjadi kepala
sub pendidikan dasar di P dan K. Setelah 30 tahun di Wamena kemudian minta
pindah ke Mimika ke kampung halaman. Sambil bekerja, beliau mengikuti
pendidikan S2 di Universitas Cendrawasih, Jayapura untuk meraih gelar Magister
Managemen Pendidikan. Dan lulus.
(1) If you don’t change, you die. Apabila anda tidak berubah, anda sudah mati. Berubah bagian dari kehidupan, tak ada kemajuan tanpa perubahan.
(2) Orang yang berhenti belajar, dia pemilik masa lalu. Orang yang terus belajar adalah pemilik masa depan. Tak ada pintu lain selain belajar. Waktu tidak berubah nasib, yang merubah nasib adalah diri kita sendiri.
Ingat, para siswa mempunyai tanggung jawab berat untuk membangun daerah sendiri dengan cara menjadi siswa-siswa yang produktif. Dari laporan dari berbagai kota studi, tak sedikit para siswa yang mengalami prioritasnya studi telah membias. Berimbasnya prioritas diri ke mana-mana karena pengaruh pergaulan dan lingkungan bisa berakibat gagal dalam menyelesaikan pendidikan.
"Lingkungan dan teman itu seperti cermin. Lihatlah wajahmu
dalam cermin itu. Sebaik-baiknya wajahmu, seganteng apapun atau secantik
apapun, kalau kau bercermin pada cermin yang rusak maka jadinya
bengkok-bengkok. Kau bisa rusak karena lingkungan dan pergaulan. Jika anda
gagal krena rusak diri dalam belajar maka betapa mahalnya untuk memperbaiki. Berapa
juta rupiah yang terbuang percuma karena ada siswa yang gagal dalam
menyelesaikan pendidikan" ungkap motivator.
Trilyun-an rupiah sudah dikeluarkan untuk pendidikan setiap
tahun bagi generasi muda Papua. Dan habis dalam waktu lima jam per hari dari jam 7 hingga jam 12. Lalu, 19 jam sisa menjadi ancaman bagi orang Papua. Kami kalah bukan karena akademi
tetapi kami kalah karena sistem. Generasi muda harus kita amankan selama 24 jam per
hari dengan ada yang bertanggungjawab dan mendampingi. Dan itulah yang
dilakukan oleh LPMAK.
Nasehat lain yang perlu diingat oleh dalam belajar, para penerima bea siswa harus jalan terus sampai waktu habis dengan jelas. Kalau lima tahun ya diselesaikan dengan lima tahun jangan diperpanjang. Kalau bisa akselarasi, ya akselerasi untuk mempercepat waktu studi.
Ingat, kita sudah capek ketinggalan dengan
yang lain maka selesaikan masa bekajar anda tepat pada waktunya karena
persaingan kerja bukan hanya dari Papua tetapi seluruh Indonesia.
Setelah tanya jawab, acara dilanjutkan dengan ramah tamah
dan setelah selesai lalu pulang.
0 comments:
Posting Komentar